vUr5v3Aga5Yx91u6PVcXOoUvbSaqSTTT1jtWFLWh

Cari Blog Ini

Laporkan Penyalahgunaan

Bookmark

Marketplace vs E-Commerce: Mana yang Tepat untuk Bisnis Anda?

 

Masyolan.com - Di era digital seperti sekarang, memasarkan produk tidak lagi hanya bergantung pada toko fisik. Dunia online membuka peluang sangat luas, dan dua model bisnis yang paling populer di ranah digital adalah marketplace dan e-commerce. Meski sering digunakan secara bergantian, keduanya memiliki perbedaan mendasar dalam model operasional, kontrol, dan pengalaman pelanggan. Mengetahui perbedaan ini sangat penting agar bisnis Anda bisa berkembang secara strategis.

Apa Itu Marketplace?

Marketplace adalah platform pihak ketiga yang mempertemukan penjual dan pembeli dalam satu tempat digital. Contohnya adalah Tokopedia, Shopee, Bukalapak, hingga platform global seperti Amazon dan eBay. Di sinilah ribuan penjual memasarkan produk mereka kepada jutaan pembeli yang sudah aktif mencari barang.

Kelebihan dari marketplace adalah kemudahan dalam memulai. Anda tidak perlu membangun website, memikirkan hosting, atau mengatur sistem pembayaran. Semua sudah tersedia. Anda cukup membuat akun, upload produk, dan mulai berjualan. Bahkan beberapa marketplace juga menyediakan fitur iklan dan promosi untuk membantu Anda menjangkau lebih banyak audiens.

Namun di balik kemudahannya, marketplace juga memiliki tantangan. Persaingan sangat ketat. Karena semua penjual berbagi platform yang sama, Anda harus bersaing dengan ribuan penjual lain yang mungkin menawarkan produk serupa dengan harga lebih murah. Branding juga menjadi terbatas karena desain, tampilan, dan flow pembelian dikontrol oleh platform.

Apa Itu E-Commerce Mandiri?

Berbeda dengan marketplace, e-commerce adalah website milik sendiri tempat Anda menjual produk secara langsung kepada konsumen. Anda bisa menggunakan platform seperti Shopify, WooCommerce, atau membangun website custom sesuai kebutuhan. Ini memberikan keleluasaan penuh dalam mendesain tampilan, mengatur user journey, memilih metode pembayaran, hingga strategi pemasaran dan retensi pelanggan.

E-commerce memungkinkan Anda membangun brand experience yang kuat. Anda bisa mengatur bagaimana pelanggan merasakan layanan dari awal kunjungan hingga checkout. Selain itu, Anda dapat mengelola data pelanggan secara langsung, yang sangat berharga untuk strategi pemasaran berkelanjutan seperti email marketing, remarketing, dan loyalty program.

Namun tentu saja, membangun e-commerce dari nol memerlukan waktu, tenaga, dan biaya. Anda perlu memikirkan desain website, sistem keamanan, pengaturan SEO, metode pembayaran, dan integrasi logistik. Di sinilah letak tantangan sekaligus keunggulannya—kontrol penuh berarti tanggung jawab penuh.

Perbedaan E-Commerce dan Marketplace

Untuk memahami mana yang lebih cocok bagi bisnis Anda, penting untuk memahami perbedaan e-commerce dan marketplace secara menyeluruh.

AspekMarketplaceE-Commerce Mandiri
PlatformPihak ketigaMilik sendiri
Kontrol BrandingTerbatasPenuh kontrol
Biaya AwalRendahTinggi (pengembangan, hosting, dll)
Persaingan ProdukSangat tinggiTergantung niche & strategi
Retensi PelangganSulit membangun loyalitasLebih mudah melalui CRM & retargeting
SkalabilitasTerbatas aturan platformLebih fleksibel dan customizable

Studi Kasus: Rana.id Beralih dari Marketplace ke E-Commerce

Rana.id adalah brand fashion lokal yang awalnya hanya berjualan melalui marketplace. Mereka mengalami pertumbuhan cepat di awal, tapi kemudian mulai menghadapi tantangan dalam membangun identitas merek. Karena semua toko terlihat mirip di marketplace, mereka kesulitan menciptakan pengalaman pelanggan yang khas.

Akhirnya, Rana.id memutuskan untuk membangun website e-commerce mereka sendiri menggunakan Shopify. Dalam waktu 3 bulan, mereka mencatat peningkatan 35% pada repeat order karena strategi personalisasi dan pengelolaan database pelanggan. Mereka juga mulai mengoptimalkan SEO untuk menjangkau traffic organik yang lebih stabil dan berbiaya rendah.


Apa Kata Data?

Menurut Statista, nilai transaksi e-commerce global diprediksi mencapai USD 8,1 triliun pada 2026. Di Indonesia sendiri, data dari iPrice menunjukkan marketplace seperti Tokopedia dan Shopee menyumbang lebih dari 80% traffic penjualan digital. Namun, tren menunjukkan semakin banyak brand yang membangun kanal e-commerce mandiri demi membangun identitas dan loyalitas pelanggan.


Bagaimana Memilih yang Tepat?

Memilih antara marketplace dan e-commerce bergantung pada banyak faktor, termasuk:

  • Tahap bisnis: Pemula mungkin lebih cocok mulai dari marketplace.

  • Tujuan jangka panjang: Kalau ingin membangun brand, e-commerce adalah jalannya.

  • Budget dan resource: E-commerce butuh investasi awal, tapi memberikan ROI yang lebih besar dalam jangka panjang.

  • Strategi digital marketing: E-commerce memberi Anda akses penuh ke data pelanggan untuk diolah lebih lanjut.

Idealnya, Anda bisa menggunakan dua-duanya secara sinergis. Marketplace bisa digunakan untuk menjaring pelanggan baru dan testing produk, sementara e-commerce menjadi kanal utama untuk mempertahankan dan mengembangkan pelanggan setia.


Penutup: Jangan Asal Pilih

Tidak ada jawaban tunggal yang benar. Namun, mengenali karakteristik dan perbedaan e-commerce dan marketplace akan membantu Anda membuat keputusan berbasis data dan tujuan bisnis. Jika Anda baru mulai, tidak salah mencoba marketplace. Tapi jika Anda ingin berkembang lebih jauh dan memiliki kendali atas bisnis digital Anda, maka membangun e-commerce sendiri adalah investasi yang sangat layak.